KARYA
ILMIAH
PENGARUH
GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI KEBUDAYAAN DAERAH
DISUSUN
OLEH :
KELAS : 3EB02
NPM : 22211516
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya ilmiah ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya ilmiah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya ilmiah kami di masa datang. Sehingga semoga karya ilmiah berikutnya dan karya ilmiah lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
HALAMAN
PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA
PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .
DAFTAR ISI .
. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .
BAB I PENDAHULUAN .
. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
A.
Latar
Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
B.
Identifikasi
masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . .
C.
Rumusan
Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D.
Tujuan
Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .
BAB II
KERANGKA TEORITIK DAN RUMUSAN IPOTESIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.
Batasan
istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.
sudut
pandang pendekatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.. . . . . . . . . . . . . . . .
C.
Rumusan
hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB III
PEMBAHASAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.
Globalisasi
dan Budaya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .
B.
Globalisasi dalam kebudayaan tradisional di indonesia. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. Perubahan budaya dalam
globalisasi: kesenian yang bertahan dan tersisihkan . . . . . .
D. Pengaruh globalisasi
terhadap budaya bangsa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .
E.
Pengaruh dan dampak yang ditimbulkan globalisasi terhadap masyarakat
majene . . .
F. Tindakan yang
mendorong timbulnya globalisasi kebudayaan dan cara mengantisipasinya
globalisasi kebudayaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .
BAB
IVPENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A.
Kesimpulan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.
Saran-saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KARYA ILMIAH
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI
KEBUDAYAAN DAERAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam
peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan
bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan
teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting
kehidupan.Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang
harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk
kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul
sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi
baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi
begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi
sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang,
mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi
tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai
pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas
dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap
negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi,
pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut
Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan
peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi
global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut.
Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks
institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan
refleksif dengan lebih baik secara budaya.Globalisasi memiliki banyak
penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi
sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya
sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi
adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan
budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker
(2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial,
budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru
dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita.
Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi
produk global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan
dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi
berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew,
1992).
Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai
kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan
penggerak globalisasi.Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi
sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan
TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan
dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat
dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain,
terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk
tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda
dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan
sebagainya
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam
perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang
kebudayaan,misalnya :
1. Hilangnya budaya asli suatu daerah,
2. Terjadinya erosi nilai-nilai budaya,
3. Menurunnya rasa nasionalisme dan
patriotisme,
4. Hilangnya sifat kekeluargaan dan
gotong royong,
5. Kehilangan kepercayaan diri – gaya
hidup kebarat-baratan
C.
RUMUSAN MASALAH
Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah
terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya
penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa,
erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya
berkembang menjadi budaya massa
1. Bagaimana
alur globalisasi dan budaya ?
2.
bagaiamana Globalisasi dalam budaya tradisional di indonesia ?
D.TUJUAN
PENULISAN
`Àdapun
tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.
Mengetahui alur globalisasi budaya !
2.
Untuk mengetahui globalisasi dalam kebudayaan tradisional di indonesia
BAB II
KERANGKA TEORITIK DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. BATASAN ISTILAH
Pengaruh : Menurut wiryanto “pengaruh merupakan tokoh formal
maupun informal di dalam masyarakat mempunyai ciri mempunyai cosmopolitan,
inovatif, kompoten, dan aksesibel di banding pihak yang dipengaruhi ”
Globalisasi : Menurut A.G Mc Grew “fenomena
hilangnya batas ruang dan waktu karena begitu cepatnya informasi mengalir
keseluruh wilayah meskipun tidsak semua dampak globalisasi baik bagi kita”
Pergaulan : Menurut kamus besa bahasa
indonesia “dasar dari kata pergaulan itu adalah “GAUL” yang identik dg “HIDUP
BERTEMAN ATAU BERSAHABAT” dapat disimpulkan bahwa pergaulan itu adalah
bersahabat dg seseorang atau lebih dalam masyarakat dan daerah tertentu
B.
SUDUT
PANDANG PENDEKATAN
Sudut pandang yang kami gunakan dalam pembuatan karya ilmiah ini yaitu
sudut pandang secara sosiologis dan psikologis yaitu pengaruh globalisasi pada
masyarakat umum dan sikap para pemuda dalam menyikapi pengaruh budaya asing.
C. KERANGKA BEFIKIR
Dalam pembuatan ini saya menggunakan pola paragraph
dari umum ke khusus (Deduktif –Induktif), dengan alasan agar pembaca merasa tidak
bingung dalam membaca karena dalam membaca dimulai dari hal-hal yang ringan
dulu baru meningkat ke hal-hal yang lebih kompleks.
D.
RUMUSAN
HIPOTESIS
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah
membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa indonesia harus bersiap-siap menerima
kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah
satu aspek yang berpengaruh yaitu kebudayaan.
Terkait
dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (Values) yang
dianut oleh masyarkat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (koentjaraningrat),
dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena
itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau
psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan
atau artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi
oleh apa yang ada di alam pikiran orang yang bersangkutan
Proses
saling mempengaruhi yaitu segala yang wajar dalam interaksi masyarakat. Melalui
interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa indonesia ataupun
kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara telah mengalami proses
dipengaruhi dan mempengaruhi. Tampa itu kebudayaan teidak mampu menyesuaikan
diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini
berlangsu begitu cepat. Hanya dalam jangka satu generas. Pada hakekatnya bangsa
indonesia, bangsa-bangsa yang kain, berkembang karena adanya pengaruh luar.
Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar. Kemajuan bisa
dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam
proses globalisasi
BAB III
PEMBAHASAN
A.
GLOBALISASI DAN BUDAYA
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir
abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus
bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan
bangsa.Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan.
Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan
sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang
dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga
dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan
dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam
kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan
dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam
pikiran.
Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya
apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang
ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil
pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari
kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan
bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya.Kesenian
rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari
pengaruh globalisasi.
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan
cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam
memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang
tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam
globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh
negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka
yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru
negara-negara maju.
Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia
selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang
seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana
globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara
mendasar.
Komunikasi dan transportasi internasional telah
menghilangkan batas-batas budaya
setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing.
setiap bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing.
Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan
informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan
seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o
menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang
melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk
menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut
kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya
ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu
dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas
dengan nama globalisasi.
B.
GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN
TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar
dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat
lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami
nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan
mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan
manusia.Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang
senantiasa berubah.
Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu
cepat.Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang
telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju
perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi.
Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa
lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan
oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses
globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga
terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang
terlekat di dalamnya masih tetap berarti..Masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya,
lingkungan alam, dan wilayah geografisnya.Keanekaragaman masyarakat Indonesia
ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya.
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa
berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang
sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan
dalam masyarakat.
C.
PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI :
KESENIAN YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat
tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang
lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai
dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar.Komunikasi dan
sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap
bangsa.Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan
menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya
saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna
globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa
menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air.
Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang
kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu,
kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang
berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa
teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya
khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau
akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian
tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu
dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran
hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika
dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa
menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari
berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin
tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia
yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja
bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun
istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian.
Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses
industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka
kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial.
Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan
fungsinya.Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita
lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya,
bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses
modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah
menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan
hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas.Akibatnya masyarakat tidak
tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya
akrab dengan kehidupan mereka.Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang
Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata
Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada
pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu
bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan
moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik,
menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun
1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”.
Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian
tradisional akibat globalisasi.Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami
oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian
tradisional di berbagai tempat di Indonesia.Sekalipun demikian bukan berarti
semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di
sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah
mengalami perubahan fungsi.
Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan
diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan
masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke
layar kaca oleh kelompok Srimulat.
Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak
sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan
dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung.Dari segi bentuk
pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah
terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada
kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi
mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki
Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset
rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun
televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit
setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap
salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap
mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan
mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran
musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula
Kertarajasa, Museum Nasional.
D.
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA
BANGSA
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh
terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan telekomunikasi
ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya
nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan
Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri
sendiri .Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan
berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas.
Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun
yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari
tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara
ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya
yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya
kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan
hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII).
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila
dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan
pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan
pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan
pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan
benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa).
Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua
tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau
kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan
anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti
penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak
muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti
OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang
sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan
dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya
berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan
telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri
di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh
tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah
luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia .
Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut
serta `menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah
menjadi trend dilingkungan anak muda.Salah satu keberhasilan penyebaran
kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang
berkembang di Barat merupakan suatu yang universal.Masuknya budaya barat (dalam
kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah
globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur
(termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan
nilai-nilai ketimuran.
E.
PENGARUH DAN DAMPAK YANG DITIMBULKAN
GLOBALISASI TERHADAP MASYARAKAT MAJENE
A.
Pengaruh
Globalisasi Terhadap jati diri di Kalangan Generasi Muda Majene.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam
masyarakat terutama di kalangan muda.Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat
banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.Hal
ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari
anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang
berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara
berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak
ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Tidak banyak remaja yang
mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai
dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan
informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja.Apa lagi bagi anak
muda, internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan
secara semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang berguna. Dan sekarang ini,
banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya.Misal untuk
membuka situs-situs porno, bahkan sampai terkena penipuan.Bukan hanya internet
saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu hand phone, apalagi sekarang ini
mulai muncul hand phone yang berteknologi tinggi.Mereka justru berlomba-lomba
untuk memilikinya, tapi kita lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu
mereka mengetahuinya.Hal ini jika kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian
terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih kesibukan
dengan menggunakan handphone tersebut.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah
lakunya tidak tahu sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap
lingkungan.Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga
mereka bertindak sesuka hati mereka. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan,
mau apa jadinya generasi muda bangsa? Moral generasi bangsa menjadi rusak,
timbul tindakan anarkhis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai jati
diri akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri
dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa
depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki jati diri?
Marilah kita Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia,
terima globalisasi dengan rasa kritis dan banyak melakukan hal positif dalam
menggunakan globalisasi yang ada sekarang ini.Sebagai masyarakat Indonesia
mulai dari sekarang kita utamakan produk dalam negeri dan kenali kebudayaan
kita.
B.
Dampak
Positif Globalisasi Terhadap Masyarakat Majene.
1.
Dilihat dari
aspek globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis, karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara. Jika
pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat
tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa jati diri
terhadap negara menjadi meningkat dan kepercayaan masyarakat akan mendukung
yang dilakukan oleh pemerintahan.
2.
Dari aspek
globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan
kerja yang banyak dan meningkatkan devisa suatu negara. Dengan adanya hal
tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang dapat menunjang
kehidupan nasional dan akan mengurangi kehidupan miskin.
3.
Dari aspek
globalisasi sosial budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti
etos kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah
maju untuk meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa
serta akan mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat
bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya suatu bangsa.
C.
Dampak
Negatif Globalisasi Terhadap Masyarakat Majene.
1.
Aspek
politik, Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme
dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan
berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut
terjadi akibatnya jati diri bangsa akan luntur dan tidak mungkin lagi bangsa
kita akan terpecah belah.
2.
Aspek
Globalisasi ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena
banyaknya produk luar negeri (mainan, minuman, makanan, pakaian, dll)
membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
menunjukan gejala berkurangnya jati diri bangsa kita. Maka hal ini akan
menghilangkan beberapa perusahaan kecil yang memang khusus memproduksi produk
dalam negeri.
3.
Masyarakat
kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada
orang tua, hidup metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat
mengagungkan gaya barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang
cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai
kiblat.
4.
Mengakibatkan
adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya
persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah
angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa.
5.
Munculnya
sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian sesama warga. Dengan
adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Padahal jati diri bangsa kita dahulu mengutamakan Gotong Royong, tapi kita
sering lihat sekarang contohnya saja di perumahan / komplek elit, mereka belum
tentu mengenal sesamanya. Dari hal tersebut saja sudah tercermin tidak adanya
kepedulian, karena jika tidak kenal maka tidak sayang.
Dampak di atas akan perlahan-lahan mempengaruhi
kehidupan bangsa Indonesia, Akan tetapi secara keseluruhan aspek dapat
menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau
luntur.Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat Indonesia secara
global.Apa yang ada di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada
masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita.
Bila
dilaksanakan belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dilaksanakan akan
dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu
stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
F.
TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI
KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah
kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat
dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995)
dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In
South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini
secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik
melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa
arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan
kultural atau konteks kultural.
Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat
tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di
mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar
sesuai dengan tuntutan pembangunan.Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian
rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi.Melihat
kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman
dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan
tuntutan simbol-simbol pembangunan.
Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan
dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh
nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam
pembangunan.
Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak
dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau
natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi
sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan
rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya
kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya
sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan
tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah.
Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara
normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan
cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak
dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat
tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai
pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur
dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini
membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari
keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang
sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian
(oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut.
Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan
benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan
perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan
menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik.
Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi
menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat
dielakkan.Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa
diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari
modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya
secara masal dan merata.
Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap
budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi
tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan
dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting bagi
perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi
dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia
yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas
dari pengaruh kontak budaya ini.Sehingga untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan
pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan
lokal atau etnis.
Globalisasi budaya yang begitu pesat harus
diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional.Berbagai kesenian
tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan
sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya
pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb.Selama ini pembinaan
dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih
sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian
yang bersangkutan.
Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya
berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat.Dengan
demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat.Karena pada
era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat
dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan
kualitas maupun selera.Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi
kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika
dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk
menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya,
yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain
itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan
bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang
berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam
bidang ekonomi saja
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan
pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia .Norma-norma yang
terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai
pudar.Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang
diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada
akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia.
Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and
Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat
manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka
atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah.Artinya
adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata
lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing. Apabila timur dan barat
bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam
budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena
itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas
bangsa.Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan
pelestarian budaya bangsa.
Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni
tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya
memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan
komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu
indah dan mahal.Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai
harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai
generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni
budaya kita demi masa depan anak cucu.
B.
SARAN – SARAN
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa
tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu :
1. Pemerintah perlu mengkaji ulang
perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
2. Masyarakat perlu berperan aktif
dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada
umumnya.
3. Para pelaku usaha media massa perlu
mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang
diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
4. Masyarakat perlu menyeleksi
kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak
merugikan dan berdampak negative.
5. Masyarakat harus berati-hati dalam
meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara
kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar