Prospek Ekonomi Indonesia 2012 Tetap Optimistis
Terlepas dari beberapa tantangan, dengan beberapa peluang dan potensi yang dimiliki Indonesia, momentum pertumbuhan perekonomian Indonesia masih dapat berlanjut pada 2012 dengan pertumbuhan sebesar 6,5%-6,7%. Indonesia sejauh ini telah membuktikan sebagai salah satu negara yang mempunyai daya tahan tinggi dalam menghadapi krisis ekonomi global. Saat negara lain mengalami resesi pada 2009, Indonesia bersama dengan China dan India justru masih mengalami pertumbuhan sebesar 4,6% dan bahkan terakselerasi pada 2010 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,1% per tahun. Ekonomi domestik yang ditopang oleh konsumsi masyarakat dan investasi masih tetap merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia. Hingga semester pertama 2011, pertumbuhan ekonomi telah mencapai 6,6% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dengan struktur ekonomi yang lebih sehat dan berimbang, karena tidak hanya didukung oleh sektor konsumsi tapi juga oleh sektor investasi. Demikian pula jika dilihat secara sektoral, pertumbuhan tidak terfokus pada sektor tertentu, misalnya transportasi dan komunikasi, tapi justru sektor industri manufacturing mengalami pertumbuhan yang pesat pula, yaitu sebesar 6,1% dibandingkan dengan periode tahun lalu yang hanya tumbuh sekitar 3%-4%. Ekspor juga tumbuh 14%, walaupun gejolak ekonomi dunia dan bencana alam Jepang memberi tekanan terhadap pertumbuhan ekspor kita. Momentum pertumbuhan ini diperkirakan akan terus berlanjut, dalam hal ini Mandiri Grup memperkirakan pertumbuhan dapat mencapai 6,5% pada akhir 2011. Stabilitas ekonomi Indonesia juga ditunjukkan dengan relatif rendahnya inflasi, walaupun pada awal tahun inflasi sempat mencapai 7% yang akhirnya mendorong Bank Indonesia (BI) meningkatkan BI Rate menjadi 6,75% dari sebelumnya 6,5%. Tingkat suku bunga ini dipertahankan hingga saat ini seiring dengan menurunnya tekanan inflasi yang hanya mencapai 4,6% pada Agustus 2011 karena turunnya tekanan inflasi di sektor makanan dan berhasilnya kebijakan pemerintah dan BI dalam menjaga stabilitas harga. Hingga akhir tahun, kami perkirakan inflasi akan mencapai 5,1% dengan potensi downside yang cukup terbuka. Pergerakan inflasi ke depan perlu mendapat perhatian karena rendahnya inflasi dapat menekan biaya produksi. Pada gilirannya hal itu juga akan mendorong produksi domestik dan akan menopang daya beli masyarakat Indonesia sehingga akan menjaga sustainability dari pertumbuhan ekonomi. Prospek 2012: Momentum Pertumbuhan Berlanjut dengan Risiko Perlambatan Ekonomi Global Salah satu faktor yang akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah perkembangan ekonomi global yang hingga saat ini masih menunjukkan ketidakpastian yang sangat tinggi. Lambatnya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) tercermin dengan melemahnya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal kedua 2011 yang hanya mencapai 1,5% dan 1,6% per tahun dibandingkan dengan 3% dan 1,7% per tahun pada 2010 dan masih tingginya tingkat pengangguran yang masih mencapai 9,1% di AS. Dengan kontribusi di kedua wilayah tersebut yang mencapai 49% dari perekonomian global, sudah sewajarnya masyarakat ekonomi global khawatir terhadap perkembangan kondisi ekonomi di kedua kawasan tersebut. Dengan beban utang pemerintah dan rumah tangga yang sangat tinggi di kedua kawasan tersebut, diperkirakan kondisi ekonomi di kedua kawasan tersebut akan tetap rentan dalam jangka menengah. Indonesia sebagai negara terbuka tentunya tidak terlepas dari pengaruh perlambatan ekonomi global. Kendati demikian, berbekal beberapa pengalaman menghadapi krisis ekonomi pada 1998, mini krisis pada 2005, dan krisis finansial global pada 2008, Indonesia saat ini mempersiapkan diri relatif lebih baik dalam menghadapi kemungkinan krisis ke depan. Kekhawatiran akan keluarnya aliran modal asing merupakan sesuatu yang sangat lumrah bagi negara-negara emerging, terutama Indonesia yang menganut sistem devisa bebas. Namun, kekhawatiran tersebut seharusnya dapat diminimalisasi dengan makin membaiknya daya tahan ekonomi Indonesia saat ini. Bahkan, dari pengamatan kami terlihat bahwa daya tahan perekonomian Indonesia terhadap krisis ekonomi global relatif lebih kuat dibandingkan dengan negara lain. Secara statistik perlambatan ekonomi AS sebesar 1% akan menurunkan ekonomi Indonesia sebesar 0,11%, relatif lebih kecil dibandingkan dengan dampaknya ke Singapura dan Thailand yang sebesar 1,8% dan 1,3%. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia lebih kuat dalam menghadapi krisis dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia juga didukung dengan kemungkinan kembalinya Indonesia ke dalam kelompok negara-negara yang mendapatkan rating investment grade pada 2012. Hal ini akan mendorong masuknya modal asing langsung ke Indonesia, khususnya dalam bentuk riil investasi (penanaman modal asing atau PMA). Bahkan, sejak beberapa kuartal terakhir aliran PMA sudah melebihi investasi portofolio. Selanjutnya, struktur demografis Indonesia yang didominasi oleh usia muda hingga 2025 memberikan keuntungan bagi Indonesia karena ditunjang dengan produktivitas penduduk yang makin baik. Dari sisi sektor keuangan juga terlihat bahwa daya tahan perekonomian kita makin membaik dengan kenyataaan bahwa, pertama, kualitas arus modal yang masuk Indonesia makin membaik selama tiga kuartal terakhir. Aliran modal asing langsung (FDI) lebih mendominasi dibandingkan dengan aliran modal portofolio.
Kedua, terjadi penurunan kepemilikan asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) setelah BI hanya menyisakan lelang SBI sembilan bulan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa penempatan dana asing di instrumen tersebut sangat rentan karena umumnya bersifat hot money dan berjangka pendek. Ketiga, kinerja perdagangan internasional cukup solid sehingga dalam paruh pertama tahun ini (Januari-Juni 2011) telah menghasilkan surplus neraca perdagangan sebesar YSD14.7 miliar atau meningkat sebesar 53% dibandingkan dengan tahun lalu. Akibatnya cadangan devisa Indonesia sampai dengan akhir Agustus telah mencapai US$125 miliar. Keempat, rasio cadangan devisa terhadap ukuran-ukuran ekonomi menunjukkan pola yang makin baik. Saat ini cadangan devisa Indonesia telah setara dengan tujuh bulan impor dan pembayaran utang jangka pendek. Sedangkan, rasio cadangan devisa terhadap total utang luar negeri jangka pendek meningkat menjadi 2,4 pada 2011 dibandingkan dengan 1,8 pada 2008. Kelima, pemerintah bersama dengan BI saat ini telah memiliki protokol manajemen krisis, yang memberikan arah dan tindakan yang harus dilakukan seandainya terjadi gejolak di pasar keuangan domestik. Kendati demikian, walaupun daya tahan sektor keuangan kita saat ini lebih baik, eksposur asing yang cukup besar dalam pasar kita membuat pasar kita menjadi sangat rentan dan bergejolak, khususnya dalam jangka pendek. Sebaliknya, dalam jangka menengah dan panjang, dengan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, fluktuasi ini dapat diredam, khususnya terhadap ancaman pembalikan modal asing. Dari sisi tantangannya, Indonesia diperkirakan akan menghadapi tantangan klasik, yaitu pembangunan infrastruktur, yang pada akhirnya dapat memengaruhi tingkat competitiveness Indonesia relatif terhadap negara lain. Karena itu, tidak heran jika dalam World Economic Forum Survey tingkat competitiveness Indonesia berada di posisi ke-46, jauh di bawah Malaysia dan bahkan Thailand. Salah satu penyebabnya adalah buruknya kualitas infrastruktur di Indonesia yang secara ranking masih berada di urutan ke-82, dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang berada di urutan ke-30 dan ke-35. Dari sisi eksternal, kami juga melihati potensi perlambatan ekonomi China, yang akan berdampak cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan perhitungan, setiap 1% penurunan ekonomi China akan berdampak terhadap penurunan ekonomi Indonesia sebesar 0,3%. Kendati demikian, terlepas dari tantangan yang akan dihadapi Indonesia, dengan beberapa peluang dan potensi yang dimiliki Indonesia, kami yakin bahwa momentum pertumbuhan perekonomian Indonesia masih dapat berlanjut pada 2012 dengan pertumbuhan sebesar 6,5%-6,7%. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi Asian Development Bank (ADB) yang sebesar 6,8%, dengan inflasi yang dapat terkendali di tingkat 5,5%-5,8% dan tingkat BI Rate yang relatif stabil di 6,75% dan rupiah di sekitar Rp8.450-Rp8.550 per US$1.
Kesimpulannya: Karena itu, marilah kita bersikap positif terhadap perekonomian Indonesia, tapi juga tetap selalu waspada akan fluktuasi perekonomian global yang sangat sulit untuk diperkirakan oleh siapa pun.
http://www.infobanknews.com/2011/11/prospek-ekonomi-indonesia-2012-tetap-optimistis-tapi-waspada/